This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sunday, March 25, 2018

Mitos Atau Fakta, Karakter Merpati Berdasarkan Warna dan Motif Bulunya

Apakah Warna Bulu Burung Berpengaruh Terhadap Karakter dan Sifat Merpati? Tampaknya Perlu Diteliti Secara Ilmiah Untuk Membuktikannya
Merpati Megan. Burung ini memiliki karakter istimewa, baik dari bulunya yang memiliki strip antara 2 – 3 tapi juga memiliki karakter berupa insting pulang yang lebih kuat dari pada merpati blorok, tak hanya itu burung ini juga memiliki stamina yang tinggi kurang lebih 45 Km. Untuk sisi kelemahannya terletak pada sisi menukiknya, apalagi disaat pendaratan.
Penyebutan burung merpati dengan istilah megan dan tlampik akan terkesan asing bagi mereka yang bukan pemain burung merpati. Bagi orang awam mungkin tahunya merpati yang sebagai burung hias atau burung pedaging dan sebatas sebagai burung aduan. Tetapi ternyata dikalangan penggemar merpati, istilah megan maupun tlampik menunjukkan karakter tersendiri pada merpati yang memiliki motif bulu megan dan tlampik tersebut.
Mitos-mitos tentang sifat merpati terpengaruh motif dan warna bulunya memang banyak beredar diantara para pemain atau penggemar merpati. Dibawah ini adalah beberapa informasi mengenai karakter merpati jika dikaitkan dengan warna dan motif bulunya, sekedar menambah pengetahuan tentang seluk beluk burung merpati, benar atau tidaknya harus dibuktikan secara ilmiah dengan penelitian.

Karakter atau Sifat Merpati Pemilik Bulu Berwarna Putih
Warna ini mungkin tidak begitu populer diantara para pemain merpati. Memang para penggemar merpati sudah bosan melihatnya, namun bagi kalangan penonton justru mengundang minat karena terlihat tampak bersih, segar dan enak dipandang.





Sifat Burung Merpati Warna Plontang
Menurut karakternya burung ini diyakini sejak lahir sudah memiliki masalah berat, maka dari itu warnanya plontang entah banyak yang berpendapat begitu.

Meski dianggap plontang, performa burung ini sangat tinggi ketika di udara, akan tetapi saat menukik sangat kurang baik, kira – kira 27 persen. Maka dari itu para geber lebih menyukai burung ini untuk hias di rumah saja.






Karakter Burung Merpati Warna Tlampik
Tlampik merupakan sebutan kombinasi dua warna dari induknya, perpaduan warna berbeda dengan blorok yang tidak karuan, tlampik justru lebih rapi.




Karakter sifat merpati ini cenderung nurut, insting yang sama dengan blorok, dan mudah dikenalkan dengan kandangnya.

Jenis Burung Merpati Dengan Warna Kelabu, Bagaimana Karakternya?
Kelabu merupakan merpati yang sering kita temui, karakternya yaitu sangat jinak, penurut, pintar, mudah memahami lingkungan dan sangat mudah dilatih





Sifat Burung Merpati Pemilik Warna Blorok
Merpati blorok merupakan merpati yang memiliki warna tidak rapi / tidak karuan / campur aduk. Merpati ini sangat pintar dalam menghafal majikan dan mengetahui lingkungannya, dalam melatih 3 – 4 hari saja burung sejenis warna blorok ini sudah mengetahui tempat pulang ke kandangnya.






Keistimewaan Merpati Dengan Bulu Megan
Burung ini memiliki karakter istimewa, baik dari bulunya yang memiliki strip antara 2 – 3 tapi juga memiliki karakter berupa insting pulang yang lebih kuat dari pada merpati blorok, tak hanya itu burung ini juga memiliki stamina yang tinggi kurang lebih 45 Km. Untuk sisi kelemahannya terletak pada sisi menukiknya, apalagi disaat pendaratan.





Karakter dan Sifat Merpati Warna Hitam Meles
Warna hitam meles diyakini oleh jawara mempunyai insting yang baik untuk pulang, kelebihan pada merpati warna hitam meles adalah manuver di udara, terbang tinggi (dibawah rata – rata burung megan) akan tetapi manuver menukiknya sangat hebat.






Karakter Burung Merpati Warna Tritis
Merupakan warna burung yang sangat istimewa, terkadang para pengagum pigeonlovers lebih memilih tritis untuk merpati hiasnya, memang memiliki kelemahan pada sisi balap akan tetapi menang di sisi kontes keindahannya. Harga burung ini sangat mahal, belum lagi ditambah prestasi, ataupun gen keturunannya yang memiliki bulu yang menarik.




Sumber: http://injenisburung.blogspot.com/
Share:

Wednesday, March 21, 2018

Mengenal Macam-macam Jenis Itik di Dunia

Salah satu sajian kuliner yang sangat trend saat ini antara lain bebek goreng dengan aneka macam sambal dan juga bebek panggang. Bahkan siapa yang tidak kenal sajian kuliner bebek peking yang melegenda?
Anda tentu juga kenal dengan Itik alabio, itik alabio adalah itik borneo atau itik kalimantan. Merupakan itik asli Kalimantan, diperkirakan hasil persilangan antara itik asli kalimantan selatan dengan itik peking. Nama Alabio diberikan pada tahun 1950 oleh Drh. Saleh Puspo, Alabio diambil dari nama salah satu kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara di Kalimantan Selatan.
Pada dasarnya bebek atau itik memang dipelihara untuk diperoleh hasilnya yang berupa daging dan telur sehingga secara khusus bisa dibedakan antara itik pedaging dan itik petelur. Meskipun demikian, itik petelur juga bisa difungsikan atau dimanfaatkan sebagai itik pedaging. Untuk beternak itik tentunya kita harus tahu beberapa jenis itik yang layak dipelihara dan dengan tujuan apa kita memelihara itik, apakah akan diambil dagingnya secara khusus atau diambil telurnya atau akan digunakan untuk petelur dan kemudian diafkir menjadi pedaging.

Berikut ini macam-macam jenis itik yang ada di dunia:

Aylesbury Duck
Itik Aylesbury adalah bangsa itik pedaging yang berasal dari Inggris, tepatnya daerah Aylesbury Buckinghampshire. Itik Aylesbury memiliki sedikit corak berwarna oranye atau kuning, sudah tercampur keturunannya dengan jenis itik peking. Bulunya berwarna putih halus dan kaki berwarna oranye. Perutnya menyentuh tanah ketika itik ini berdiri diam.

Blue Swedish Duck
Itik yang memiliki warna mencolok dan genetikanya membuatnya berkembang biak menantang bagi peternak. Ramah dan ukuran yang baik. ASAL: Eropa TELUR: lapisan wajar UKURAN: berat; drake-8 lbs. (3,6 kg) bebek - 7 lbs. (3.2kg) DAGING: Seekor itik berukuran baik tetapi pertumbuhan cukup lambat TEMPERAMEN: Easy going dan cukup aktif

Buff Oprington Duck
Ini adalah unggas air yang tampak cantik tapi kualitas sangat bervariasi, dari peternak ke breeder. Itik yang menyenangkan, ramah dan ukuran yang baik.

Call Duck dari keluarga bebek berisik, kecil, lucu, dan benar-benar cantik. Mereka datang dalam array yang menakjubkan warna. Masih seringnya menjadi unggas air yang di buru di luar negeri.

Magpie Duck Magpies adalah bebek yang berkembang biak aktif, suka berenang, menghasilkan banyak telur hijau / biru dan memiliki daya tetas yang besar. Memiliki warna abu-abu dan putih atau hitam dan putih. Awalnya dibesarkan di Wales relatif baru [sekitar tahun 1920-an] menjadi tujuan berkembang biak ganda - telur dan daging. Catatan menunjukkan bahwa mereka mampu bertelur sekitar 180 butir telur per tahun

Muscovy Duck
Berkembang biak ini secara genetik berbeda dari bebek domestik lainnya, begitu banyak sehingga antar pembiakan yang umumnya sangat menarik, dan, jika bebek domestik yang tepat digunakan, kekuatan hibrida persilangan memberikan keturunan lebih besar dari salah satu tetuanya.

Pekin Duck
Itik peking berasal dan dikembangkan pertama kali di daratan Tientsien, Cina. Itik peking kali pertama didatangkan dari Cina ke Amerika Serikat pada tahun 1870. Kapasitas produksi telur itik peking dapat mencapai 110-130 butir per tahun.Telur itik peking biasanya juga memiliki daya fertilitas yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan seekor pejantan itik peking mampu mengawini 5-6 ekor betina dengan tingkat fertilitas yang cukup memadai pula. Itik peking pertama kali bertelur sekitar umur 6 bulan. Karkas itik peking berwarna kuning dan kelihatan sangat menarik. Tekstur dagingnya juga sangat bagus.

Sylver Appleyard Duck
The Silver Appleyard (kadangkadang dikenal sebagai Appleyard Large) awalnya diproduksi di Inggris. Ini adalah lapisan yang baik, burung meja yang sangat baik dan menarik untuk dilihat. ASAL: Britania Raya pada 1930-an dan 40-an oleh seorang pria dengan nama Reginald Appleyard. Dia adalah seorang penulis dan peternak unggas air domestik terkenal. BIBIT: Tujuannya adalah untuk menghasilkan bebek utilitas serba sempurna. TELUR: lapisan yang baik di masa lalu, tidak ada lagi. UKURAN: berat; drake-8-9 lbs (3,6-4,1 kg)

Khaki Campbell Duck
Itik ini merupakan hasil silangan itik jawa dengan itik rouen dari Prancis. Nama itik ini diambil dari warna bulunya (warna kaki) dan nama penemu itik ini (Adale Campbell). Itik khaki campbell menjadi itik petelur unggul dengan kemampuan bertelur mencapai 330 butir per ekor per tahun dan mempunyai daya tahan hidup tinggi. Dibanding dengan itikjawa, produksi telur itik khaki campbell di Eropa lebih tinggi, tetapi telurnya lebih kecil daripada telur itik jawa dan warna kerabang telurnya selalu putih.

Rouen Duck
Negara asal: France. Besar, cantik, warna seperti Mallard liar. Dikatakan mempunyai daging yang paling sedap. Penelur yang sederhana. 100150/tahun. Telur mempunyai "tine" biru. Berat jantan 8-9 lbs, betina 6-7 lbs.

Cayuga Duck
Itik Cayuga merupakan bangsa itik asal Amerika Serikat hasil persilangan antara itik - itik liar bulu hitam dengan itik hasil penjinakan. Itik tersebut biasa digunakan sebagai bibit itik petelur. Itik Cayuga mulai bertelur pada umur 23 minggu – 24 minggu dengan produksi telur sekitar 150 butir – 200 butir per tahun. Itik Cayuga mempunyai ciriciri : bulu berwarna hitam agak kehijauan, mata bermata coklat, dan kaki agak hitam.

Saxony Duck
ASAL: wilayah Saxony Jerman BIBIT: dikembangkan pada awal 1930-an - pertama ditampilkan tahun 1934. TELUR: dapat menghasilkan sekitar 150 telur per tahun UKURAN: berat; drake-8 lbs (3,6 kg) bebek - 7 lbs (3.2kg) DAGING: Ketika dibesarkan dengan benar akan menjadi gemuk dada terisi penuh TEMPERAMEN: tenang dan mudah pergi

Welsh Harlequen Duck
ASAL: Wales BIBIT: 2 jenis Campbell TELUR: putih ~ sampai 300 tahun UKURAN: menengah; drake-5-5,5 lbs (2,25-2,5 kg) bebek - 4.5 - £ 5 (2-2,25 kg) DAGING: agak ringan TEMPERAMEN: jinak, ingin tahu, unggas air periang

Indian Runner Duck
ASAL : Malaya , Asia TELUR : Bentuk utilitas adalah lapisan UKURAN : menengah; drake - 3,5-5 lbs ( 1,6-2,3 kg ) bebek - 3-4,5 lbs ( 1,4 - 2kg ) DAGING : tidak benar-benar bentuk yang tepat untuk itu TEMPERAMEN : sangat aktif ,. WARNA : Fawn pertama kali ditampilkan pada tahun 1876 , Fawn dan putih pada tahun 1896 ; Sekarang 9 warna termasuk dalam Waterfowl British Standards : Black: Chocolate : Cumberland Biru : Fawn : Fawn dan Putih : coklat kekuningan Amerika dan putih : Mallard : Trout : Putih

Beberapa Jenis Itik Yang Ada di Indonesia

Itik Alabio
Itik alabio adalah itik borneo atau itik kalimantan. Merupakan itik asli Kalimantan, diperkirakan hasil persilangan antara itik asli kalimantan selatan dengan itik peking. Nama Alabio diberikan pada tahun 1950 oleh Drh. Saleh Puspo, Alabio diambil dari nama salah satu kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Utara di Kalimantan Selatan.

Itik Bali
itik lokal indonesia yang banyak berkembang di Pulau Bali dan Lombok. Itik ini memilki daya tahan hidup yang sangat tinggi, sehingga dapat dipelihara di berbagai tempat di Indonnesia. Pada umumnya itik ini hampir sama dengan itik Jawa, hanya badannya lebih berisi dan lehernya lebih pendek, warna bulunya cenderung lebih terang. Seperti halnya itik tegal, itik bali ada tanda warna bulu khusus, juga mempunyai kemampuan produksi telur tertentu

Itik Mojosari.
Itik Mojosari disebut juga itik Mojokerto atau modupuro, merupakan itik lokal berasal dari desa Modupuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto (Jawa Timur). Keistimewaan itik ini adalah banyak digemari konsumen. sebab walaupun bentuk badan itik ini relatif lebih kecil dibandingkan itik-itik petelur lainnya, tetapi telurnya cukup besar, rasanya enak, dan warna kerabang kulitnya kehijau-hijauan.

Itik Magelang Itik Magelang atau sering juga disebut Itik Kalung atau Plontang berasal dari daerah Sempu, Ngadirejo, Kec. Secang, Magelang, Jawa Tengah. Penyebarannya meliputi Magelang, Ambarawa, dan Temanggung. Itik ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Pada itik jantan terdapat bulu putih yang melingkar sempurna di sekitar leher setebal 1-2 cm berbentuk seperti kalung Warna bulu dada, punggung dan paha didominasi warna coklat tua dan muda Ujung sayap putih (plontang) Kaki hitam kecoklatan Warna paruh hitam Produksi telur 131 butir/ekor/tahun

Itik Tegal
Itik Tegal merupakan itik indian runner dari jenis itik Jawa (Anas javanica). Sesuai dengan nama tempat pengembangannya, yaitu Tegal (Jawa Tengah) dan sekitarnya, di tegal banyak dipelihara di Desa Pasurungan Lor dekat perbatasan dengan Kabupaten Brebes. Itik ini tergolong sebagai itik tipe petelur produktif dan mampu menempuh jarak jauh apabila digembalakan dari satu tempat ketempat yang lain.

Itik Cirebon itik ini banyak berkembang di daerah Cirebon dan Karawang, Jawa Barat. Keunggulan dari itik cirebon antara lain memiliki daya tahan terhadap penyakit, produksi telur- mencapai 180 butir per tahun, dan ukuran telur yang cukup besar, yakni sekitar 70 g per butir (telur super). Menurut sebagian orang, itik cirebon merupakan hasil persilangan antara itik tegal dengan itik magelang.


Itik Cihateup
Itik Cihateup berasal dari desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup disebut sebagai itik gunung, karena daerah berkembang itik ini berada pada ketinggian 378 m dari permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi, dengan udara yang dingin. Itik ini berkembang juga di daerah-daerah di sekitar Tasikmalaya, seperti di daerah Garut.
Share:

Mengenal Itik Cihateup Yang Berasal Dari Gunung


Dari Mana Asal Itik Cihateup?
Sesuai dengan namanya, itik ini berasal dari desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup disebut sebagai itik gunung, karena daerah berkembang itik ini berada pada ketinggian 378 m dari permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi, dengan udara yang dingin. Itik ini berkembang juga di daerah-daerah di sekitar Tasikmalaya, seperti di daerah Garut.
Penampilannya sedikit berbeda dengan itik-itik dari daerah lain. Itik cihateup asal Rajapolah, Tasikmalaya Jawa Barat ini memiliki kekhasan leher yang lebih jangkung ketimbang itik-itik asli Indonesia lainnya. Dan itik cihateup memiliki pembawaan lebih tenang, ketika dihampiri tidak menimbulkan suara yang berisik. Artinya, itik jenis ini lebih tidak mudah stres akibat faktor eksternal.

Berbagai macam jenis Itik yang ada di Indonesia merupakan itik pendatang yang mengalami domestikasi, dan merupakan keturunan dari Indian Runner.Ciri khas itik Indian Runner adalah postur tubuhnya yang hampir tegak, dan bila dilihat dari arah depan terlihat seperti botol anggur, paruh dan kakinya berwarna hitam. Menurut Hetzel (1986) itik lokal yang ada, telah mengalami adaptasi dengan baik pada lingkungan dimana mereka dikembangkan.
Muzani (2005) melaporkan bahwa itik Cihateup memiliki beberapa ukuran tubuh seperti ukuran lingkar dada yang lebih besar dibandingkan itik Cirebon dan Mojosari dan itu dapat dijadikan indikasi bahwa itik Cihateup memiliki potensi sebagai penghasil daging. Itik Cihateup jantan umur potong 8 minggu sudah dapat menghasilkan bobot potong 1323,87 g dengan bobot karkas 812,13 g (61,36%). Bagian yang berdaging (paha dan dada) itik Cihateup dapat mencapai 27,14% dan 24,97%, bagian paha itik Cihateup lebih besar dibandingkan dengan itik Alabio (25,22%) (Matitaputty 2011).
Itik-itik lokal Indonesia merupakan itik tipe petelur dan mempunyai ciri-ciri sama dengan Indian runner, bentuk tubuh ramping seperti botol dan berjalan tegak (Gunawan 1988; Setioko et al 1985). Beberapa jenis itik lokal yang dipelihara masyarakat di Pulau Jawa seperti itik Tegal, itik Mojosari, itik Magelang, itik Cirebon, dan itik Cihateup. Sementara di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan ada itik Alabio, di Sumatera ada itik pegagan, di Bali ada itik Bali, dan masih banyak lagi ternak itik yang tersebar di wilayah Nusantara tercinta ini.

Sistem pemeliharaan yang berbeda-beda di masing-masing wilayah asalnya, dan juga diduga telah terjadi diferensiasi genetik, yang memiliki ciri-ciri fisik dengan tingkat produksi yang berbeda-beda pula, membuat itik lokal yang ada di Nusantara ini sangat beragam. Setiap bangsa itik lokal mempunyai karakteristik mofometrik berbeda, yang diperlihatkan dengan ukuran dan bentuk tubuh yang berbeda satu dengan yang lain. Terbentuknya karakteristik fenotipik ini kemungkinan disebabkan oleh seleksi alam yang dialami itik di daerah asalnya dalam waktu yang cukup lama.

Itik lokal yang dipelihara peternak memiliki performa beragam, dan umumnya belum memiliki ciri-ciri yang baku. Itik dari setiap lokasi dapat dibedakan, yang berguna sebagai pedoman dalam pembentukan bangsa itik murni, maupun sintetis atau persilangan.

Karakteristik Itik Cihateup (Anas platyrynchos javanica)

Untuk mempopulerkan dan meningkatkan manfaat itik Cihateup, maka perlu diketahui karakteristik biologisnya agar dapat dijadikan pedoman dalam berbudidaya.

Itik Cihateup betina memiliki potensi sebagai itik petelur, dengan kemampuan produksi sekitar 200 butir/tahun, dan daya tetas telur 65.1%. Itik Cihateup jantan berpotensi sebagai penghasil daging karena kemampuan pertumbuhan bobot badan yang baik.

Itik Cihateup memiliki kemiripan dengan itik-itik lainnya yang ada di Jawa, seperti itik Kerawang, itik Cirebon, maupun itik Tegal. Walaupun demikian, secara genetik terdapat keragaman di antara itik-itik tersebut (Muzani 2005). Lebih dekatnya kesamaan sifat antara itik Cihateup dengan beberapa itik disekitar Jawa Barat dan Jawa Tengah dibandingkan dengan itik Alabio, sebab dalam denogram jarak genetika antara itik Cihateup dengan itik-itik lokal yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah lebih dekat dibandingkan dengan itik Alabio (Hetzel 1985). Menurut Brahmantiyo et al. (2003) itik Cihateup asal Jawa Barat memiliki hubungan kekerabatan agak jauh dengan itik Bali, itik Alabio dan Khaki Campbell.

Wulandari (2005) melaporkan bahwa panjang leher dan panjang tulang sayap merupakan penciri utama untuk ukuran tubuh pada itik Cihateup jantan maupun betina, dengan adanya korelasi positif antara panjang leher, panjang tulang sayap dan ukuran tubuh. Potensi dan pengembangan itik Cihateup masih terbuka luas untuk dikaji lebih jauh, dan sangat diharapkan bagi Pemerintah Daerah Jawa Barat untuk dapat mengembangan unggas air ini, karena memiliki potensi sebagai itik petelur unggul bagi itik betina dan itik potong bagi itik jantan, supaya itik Cihateup lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia. Oleh karenanya diperlukan informasi yang lebih mendalam dan akurat tentang itik Cihateup itu sendiri baik dari segi bibit, pakan dan manajemen, serta penyakit dan pemasaran. Selain itu untuk menjadikan itik Cihateup sebagai galur baru sama seperti Alabio asal Kalimantan Selatan, diperlukan data-data pendukung seperti populasi itik Ciahteup itu sendiri jumlahnya ada berapa banyak, ketersediaan bibit yang berkualitas dan kontinyu, berapa banyak kelompok peternak yang membudidaya itik ini, dan harus tahu karakteristik itik seperti warna bulu untuk jantan dan betina, ukuran tubuh jantan dan betina, produksi dan reproduksi, serta manajemen pemeliharaan bahkan yang mencirikan itik Cihateup secara spesifik dari itik yang lain dengan melakukan secara genetik seperti polimorfisme protein darah, DNA dll. Informasi ini sangat berguna bagi pengembangan itik Cihateup ke depan dalam upaya untuk menjadikan itik Cihateup sebagai sumberdaya genetik unggas air asli Jawa Barat yang perlu dilestarikan dan dikembangkan secara berkelanjutan.

Itik yang ada di Indonesia merupakan itik pendatang yang mengalami domestikasi, dan merupakan keturunan dari Indian Runner.Ciri khas itik Indian Runner adalah postur tubuhnya yang hampir tegak, dan bila dilihat dari arah depan terlihat seperti botol anggur, paruh dan kakinya berwarna hitam. Menurut Hetzel (1986) itik lokal yang ada, telah mengalami adaptasi dengan baik pada lingkungan dimana mereka dikembangkan.

Itik-itik lokal Indonesia merupakan itik tipe petelur dan mempunyai ciri-ciri sama dengan Indian runner, bentuk tubuh ramping seperti botol dan berjalan tegak (Gunawan 1988; Setioko et al 1985). Beberapa jenis itik lokal yang dipelihara masyarakat di Pulau Jawa seperti itik Tegal, itik Mojosari, itik Magelang, itik Cirebon, dan itik Cihateup. Sementara di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan ada itik Alabio, di Sumatera ada itik pegagan, di Bali ada itik Bali, dan masih banyak lagi ternak itik yang tersebar di wilayah Nusantara tercinta ini.

Sistem pemeliharaan yang berbeda-beda di masing-masing wilayah asalnya, dan juga diduga telah terjadi diferensiasi genetik, yang memiliki ciri-ciri fisik dengan tingkat produksi yang berbeda-beda pula, membuat itik lokal yang ada di Nusantara ini sangat beragam. Setiap bangsa itik lokal mempunyai karakteristik mofometrik berbeda, yang diperlihatkan dengan ukuran dan bentuk tubuh yang berbeda satu dengan yang lain. Terbentuknya karakteristik fenotipik ini kemungkinan disebabkan oleh seleksi alam yang dialami itik di daerah asalnya dalam waktu yang cukup lama.

Itik lokal yang dipelihara peternak memiliki performa beragam, dan umumnya belum memiliki ciri-ciri yang baku. Itik dari setiap lokasi dapat dibedakan, yang berguna sebagai pedoman dalam pembentukan bangsa itik murni, maupun sintetis atau persilangan.

Karakteristik Itik Cihateup (Anas platyrynchos javanica)

Sesuai dengan namanya, itik ini berasal dari desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup disebut sebagai itik gunung, karena daerah berkembang itik ini berada pada ketinggian 378 m dari permukaan laut (dpl) yang merupakan dataran tinggi, dengan udara yang dingin. Itik ini berkembang juga di daerah-daerah di sekitar Tasikmalaya, seperti di daerah Garut. Untuk mempopulerkan dan meningkatkan manfaat itik Cihateup, maka perlu diketahui karakteristik biologisnya agar dapat dijadikan pedoman dalam berbudidaya.

Itik Cihateup betina memiliki potensi sebagai itik petelur, dengan kemampuan produksi sekitar 200 butir/tahun, dan daya tetas telur 65.1%. Itik Cihateup jantan berpotensi sebagai penghasil daging karena kemampuan pertumbuhan bobot badan yang baik.

Itik Cihateup memiliki kemiripan dengan itik-itik lainnya yang ada di Jawa, seperti itik Kerawang, itik Cirebon, maupun itik Tegal. Walaupun demikian, secara genetik terdapat keragaman di antara itik-itik tersebut (Muzani 2005). Lebih dekatnya kesamaan sifat antara itik Cihateup dengan beberapa itik disekitar Jawa Barat dan Jawa Tengah dibandingkan dengan itik Alabio, sebab dalam denogram jarak genetika antara itik Cihateup dengan itik-itik lokal yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah lebih dekat dibandingkan dengan itik Alabio (Hetzel 1985). Menurut Brahmantiyo et al. (2003) itik Cihateup asal Jawa Barat memiliki hubungan kekerabatan agak jauh dengan itik Bali, itik Alabio dan Khaki Campbell.

Muzani (2005) melaporkan bahwa itik Cihateup memiliki beberapa ukuran tubuh seperti ukuran lingkar dada yang lebih besar dibandingkan itik Cirebon dan Mojosari dan itu dapat dijadikan indikasi bahwa itik Cihateup memiliki potensi sebagai penghasil daging. Itik Cihateup jantan umur potong 8 minggu sudah dapat menghasilkan bobot potong 1323,87 g dengan bobot karkas 812,13 g (61,36%). Bagian yang berdaging (paha dan dada) itik Cihateup dapat mencapai 27,14% dan 24,97%, bagian paha itik Cihateup lebih besar dibandingkan dengan itik Alabio (25,22%) (Matitaputty 2011).

Wulandari (2005) melaporkan bahwa panjang leher dan panjang tulang sayap merupakan penciri utama untuk ukuran tubuh pada itik Cihateup jantan maupun betina, dengan adanya korelasi positif antara panjang leher, panjang tulang sayap dan ukuran tubuh. Potensi dan pengembangan itik Cihateup masih terbuka luas untuk dikaji lebih jauh, dan sangat diharapkan bagi Pemerintah Daerah Jawa Barat untuk dapat mengembangan unggas air ini, karena memiliki potensi sebagai itik petelur unggul bagi itik betina dan itik potong bagi itik jantan, supaya itik Cihateup lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia. Oleh karenanya diperlukan informasi yang lebih mendalam dan akurat tentang itik Cihateup itu sendiri baik dari segi bibit, pakan dan manajemen, serta penyakit dan pemasaran. Selain itu untuk menjadikan itik Cihateup sebagai galur baru sama seperti Alabio asal Kalimantan Selatan, diperlukan data-data pendukung seperti populasi itik Ciahteup itu sendiri jumlahnya ada berapa banyak, ketersediaan bibit yang berkualitas dan kontinyu, berapa banyak kelompok peternak yang membudidaya itik ini, dan harus tahu karakteristik itik seperti warna bulu untuk jantan dan betina, ukuran tubuh jantan dan betina, produksi dan reproduksi, serta manajemen pemeliharaan bahkan yang mencirikan itik Cihateup secara spesifik dari itik yang lain dengan melakukan secara genetik seperti polimorfisme protein darah, DNA dll. Informasi ini sangat berguna bagi pengembangan itik Cihateup ke depan dalam upaya untuk menjadikan itik Cihateup sebagai sumberdaya genetik unggas air asli Jawa Barat yang perlu dilestarikan dan dikembangkan secara berkelanjutan.

Sumber : www.poultryindonesia.com dan trobos.com.
Share:

Jenis dan Kandungan Gizi Bahan Pakan Ternak


Berikut Ini Kandungan Nutrisi Berbagai Macam Bahan Baku Pakan Ternak Seperti Onggok, Jagung, Dedak. Pollard, Bungkil Kedelai, Tepung Ikan, Bungkil Sawit dll

Bahan Baku Pakan Ternak Dapat dikelompokkan dalam 3 Kelompok Besar berdasarkan nutrisi yang dikandungnya yaitu:
  • Bahan Pakan Ternak Sumber Energi
  • Bahan Pakan Ternak Sumber Protein
  • Bahan Pakan Sumber Vitamin dan Mineral

Bahan Baku Pakan Ternak Sebagai Sumber Energi

Hasil pengamatan organoleptik terhadap beberapa jenis bahan pakan yang menjadi sumber energi :
Bahan pakanwarnaTeksturbaurasaSumber
OnggokCoklat kremKasarSingkongSingkongEnergi
Dedak padiCoklatHalusPadiPahitEnergi
JagungOrangeButiranBau jagungManisEnergi
PollardCoklat mudaLembutTepung terigumanisEnergi

Jagung
Jagung adalah tanaman berkeping tunggal atau monokotil, akar jagung berupa akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m tapi rata rata pada kisaran 2 m. Pada jagung dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Jagung merupakan tanaman semusim dengan siklus hidup 80-150 hari. Pada umumnya tinggi tanaman jagung mencapai 1-3m bahkan ada yang mencapai 6m. jagung meerupakan energi utama bagi ternak karena kandungan pati jagung lebih dari 60-80% dan mudah dicerna karena kandungan serat kasar relatif rendah. Pati jagung berbentuk amilosa amilopektin. Jagung mengandung xantofil yang berguna untuk meningkatkan kepekatan warna kuning pada kaki ayam dan kuning telur. Kandungan lemak jagung lebih tinggi 3% disbanding sorgum, gandum, gaplek dan beras. Protein pada jagung hanya 8,5%.

Berikut adalah besarnya persentase jagung dalam ransum :

– Jagung : 55% – minyak : 2%

– Dedak : 9% – fosfat : 1%

– Protein nabati : 25% – bahan lain : 4%

– Protein hewani : 4%

Sentra penghasil jagung terbesar di Indonesia adalah daerah Gorontalo sedangakan sentra pengolahan jagung terbesar di Indonesia berada di Lampung dan Jawa Timur. Sentra penghasil jagung terbesar di dunia berada di Meksiko selatan. Harga jagung per kg di daerah Sumatera Utara mencapai Rp. 2.100/kg, di jawa tengah Rp. 3.500/kg, di Yogyakarta Rp. 1.900- Rp.2.000/kg. harga jagung pipilan dengan kadar air rendah dijual dengan harga Rp. 2.200/kg – Rp. 2.350/kg.

Kandungan gizi dalam 100 gr jagung adalah sebagai berikut :

– Kalori : 355 kal

– Protein : 9,2 gr

– Lemak : 3.9 gr

– Karbohidrat : 73,7 gr

– Kalsium : 10 mg

– Posfor : 256 mg

– Besi : 2,4 mg

– Vitamin A : 510 SI

– Vitamin B1 : 0,38 mg

– Air : 12 gr

Permasalahan utama dalam produksi jagung :

– adanya kesulitan dalam pasca panen, sehingga jagung sulit dikeringkan.

– Komoditi jagung import lebih besar daripada jagung lokal.

– Harga jual jagung lokal rendah,karena kadar air masih mencapai 15%.

– Banyaknya tengkulak yang merugikan para petani jagung.

Solusi untuk mengatasi permasalahan jagung di Indonesia :

– Penetapan harga jual maksimum dan minimum

– Memperbesar hasil produksi agar hasil lokal dapat melebihi hasil import.

Onggok
Onggok adalah sisa giling tapioka yang berasal dari singkong atau ubi kayu. Dalam Bahasa Jawa seringkali disebut Gaber. Ada 2 (dua) jenis onggok yang lazim beredar yaitu onggok kering dan onggok basah.
Onggok adalah pakan sumber energi yang berasal dari sisa pengolahaan singkong menjadi tepung tapioka. Kandungan pada onggok antara lain :

– protein kasar : 2,89% – serat kasar : 14,73%

– abu : 1,21% – beta-N : 80,80%

– lemak kasar : 0,38% – air : 20,31%

Di Lampung timur harga per kg onggok kering asahan adalah Rp. 500/Kg,untuk onggok kering super harganya Rp. 950/kg. Untuk onggok basah asahan harganya sekitar Rp.12.000/karung dan untuk onggok basah super harganya Rp. 14.000/karung. Dalam ransum onggok digunakan sebesar kurang lebih 30%. Sentra penghasil onggok di dunia adalah Indonesia dan untuk sentra penghasil onggok terbesar di Indonesia adalah di daerah Lampung Utara.

Permasalan utama yang ada pada onggok adalah karena onggok memiliki kandungan protein yang rendah sekitar < 15 % dan memiliki kandungan serat kasar yang tinggi. Salah solusi untuk meningkatkan kualitas dari onggok tersebut. Fermentasi dilakukan secara semi padat dengan menggunakan Aspergillus niger secara inokulum dan campuran urea dan ammonium sulfat sebagai sumber nitrogen anorganik.

Pollard
POLLARD (dedak gandum-Triticum sativum lank), adalah produk samping dari proses milling gandum , yang berguna sebagai bahan baku untuk pembuatan produk pakan ternak karena memiliki kadar protein dan nutrisi yang tinggi Angka konversi pollard dari bahan baku sekitar 25-26%.
Pollard adalah hasil sampingan dari proses pembuatan tepung terigu. Komposisi dari pollard adalah sebagai berikut :

– bahan kering : 88,4% – lemak kasar : 5,1%

– protein kasar : 17% – BETN : 45%

– serat kasar : 8,8% – abu : 24,1%

Harga pollard per kg adalah sebesar Rp.1.900. Persenatase penggungaan pollard dalam ransum sebesar 35%. Penghasil terbesar pollard di dunia adalah Australia. Permasalahan utama pada bahan pakan ini adalah kandungan protein pada pollard cukup rendah sehingga keutuhan nutrient ternak tidak tercukupi. Salah satu solusi untuk meningkatkan kandungan protein pada pollard adalah dengan cara fermentasi dengan menggungakan kapang Aspergillus niger.


Dedak Padi
Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi adalah hasil samping pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras.
Dedak padi berasal dari sisa penggelingan padi. Komposisi kimia dari dedak padi adalah sebagai berikut :

– Air : 10% – serat kasar : 10%

– protein kasar : 7,5% – lemak : 2,25%

– abu : 7,5%

Harga dedak padi adalah antara Rp.1.800-Rp.2.200/kg. Dalam ransum dedak digunakan sebesar 15% pada ayam petelur, pada fase starter digunakan sebanyak 20%, untuk ayam broiler 5-20%. Maksimal pemberian dedak pada ransum adalah sebesar 20 % karena dedak padi bersifat pencahar. Sentral penghasil dedak padi terbesar di Indonesia adalah daerah Karawang, Jawa Barat.

Permasalahan dari dedak padi dalam pemakaiannya dalam ransum adalah kandungan serat kasarnya sangat tinggi, kandungan kalsiumnya menurun sekitar 0,05%, kandungan posfor meningkat sekitar 15%, mudah tengik karena mengandung enzim lipase. Solusi untuk mengatasi permasalahan dedak padi tersebut antara lain dengan menyimpannya dalam suhu rendah. Penambahan enzim kompleks ( phitase, carbohidrase, protease ) akan meningkatkan nilai cerna dilihat dari aspek pertumbuhan dan efisiensi ranum.

Bahan Baku Pakan Ternak Sebagai Sumber Protein

Berikut ini adalah hasil organoleptik terhadap bebrapa jenis pakan yang menjadi sumber protein :
BahanwarnaTeksturBauRasaSumber
Bungkil kedelaiKuning kecoklatanKasar, butiran kecilKedelaiManisProtein nabati
Tepung ikanCoklat tuaKasarIkan asinIkanProtein hewani
MBMCoklat tuaKasarAbon dagingDagingProtein hewani
Bungkil kelapaCoklat tuaKasarKelapa ongsengPahitProtein nabati
Bungkil inti sawitCoklat tanahButiran besarSawitAgak pahitProtein nabati

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai adalah produk sampingan dari industri pengolahan minyak kedelai yaitu suatu masa yang tersedia setelah minyak diambil berdasarkan metode pembuatannya terdapat dua tipe bungkil kedelai yaitu :
soybean meal dehulled : bungkil dari biji kedelai yang telah dipisahkan dari kulit bijinya.
soybean meal regular : kulit bijinya ditambahkan kembali pada pembuatan minyak kedelai

Biji kedelai adalah biji-bijian yang tertinggi kandungan proteinnya yaitu sekitar 42%. Sewaktu panen biji kedelai masih cukup tinggi kandungan kadar airnya. Oleh karena itu perlu diturunkan lagi kadar airnya menjadi sekitar 15% agar dapat lama disimpan. Bila digunakan sebagai pakan perlu digiling terlebih dahulu agar mudah dicampur. Bagi ternak non ruminansia ( babi muda dan unggas ) perlu adanay pemansan 1150C selama 10 menit sehingga tidak mengganggu proses pencernaan.

Komposisi kandungan kimia dari kedelai adalah sebagai berikut :

– kadar air : 12% – calsium : 0,4%

– protein kasar : 46% – fospor : 0,8%

– serat kasar : 6,5 % – aflatonin : 50 (ppg)

– abu : 7% – lemak kasar : 3,7%

harga dari bungkil kedelai bsa mencapai Rp. 5000/Kg. persentase penggunaan bungkil kedelai dalam ransum adalah sebesar 25%. Sentra penghasil bungkil kedelai terbesar di dunia adalah Amerika Serikat. Permasalahan utama dari bungkil kedelai adalah harganya yang mahal, kualitas kedelai lokal yang masih juah dari kualitas kedelai import. Beberapa solusi dalam menagatasi permasalahan bungkil kedelai ini antara lain adalah peningkatan kualitas dari kedelai lokal serta peningkatan pajak import dari kedelai.


Tepung ikan

Tepung ikan adalah pemanfaatan dari banyaknya produksi ikan. Komposisi kimia dari tepung ikan adalah :

– protein : 40-45% – lemak : 5,65%

– air : 8,72% – serat kasar : 2,38%

– abu : 7,19% – posfor :1,01%

Persenatase penggunaan tepung ikan dalam ransum berbeda-beda seperti pada ayam pedaging atau petelur tepung ikan digunakan sebesar 5-10%, itik petelur 5-10%, itik potong 5-12%, puyuh 5-10%, merpati 5%, kalkun 5-15%. Harga dari tepung ikan adalah sebesar Rp.4.000/Kg. sentral penghasil tepung ikan terbesar di Indonesia adalah di daerah Ponorogo,Jawa Timur.

Permasalahan dari tepung ikan adalah semakin lama disimpan aorama ikan akan menghilang oleh karena itu kandungan nutrisinya semakin kecil. Selain itu tepung ikan membutuhkan pengeringan yang tepat karena bila lembab mudah ditumbuhi jamur yang akan merusak kandungan nutrient. Beberapa solusi yang bisa dipakai dalam mengatasi permasalahan tepungikan diantaranya adalah penyimpanan tepung ikan dalam plastic untuk menghindari bakteri dengan jamur yang memicu kerusakan pakan. Penggungaan bahan pengawet agar tepung ikan menjadi lebih tahan lama.


MBM

Komposisi kimia pada MBM adalah sebagai berikut :

– bahan kering : 88,5% – lemak : 11,75%

– abu : 27,73% – serat kasar : 2,71%

– protein : 61,13% – kalsium : 7,6%

– BETN : 0,68% – posfor : 3,76%

Harga per kg dari MBM adalah Rp.36.000. Persentase penggunaan dalam ransum adalah sebesar 1-3%. Sentra pengahasil terbesar di dunia adalah di Australia, USA, New Zeland. Permaslahan terkait tentang MBM adalah karena MBM tersebut import maka dikhawatirkan bahan dasar dari MBM tersebut telah terkontaminasi penyakit seperti anthrax atau penyakit mulut dan kuku. Solusi untuk mengatasi permasalahan MBM adalah meningkatkan kualitas produk lokal, membatasi ketergantungan akan import.

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah sisa sampingan dari proses pembuatan minyak kelapa. Komposisi dari bungkil kelapa adalah sebagai berikut :

– bahan kering : 88,5% – serat kasar : 15,38%

– abu : 6,36% – BETN : 37,26%

– protein kasar : 18,58% – kalsium : 0,08%

– lemak kasar : 12,55% – posfor : 0,52%

harga per kg dari bungkil kelapa adalah Rp.2000. dalam ransum bungkil kelapa dipakai sebanyak 10-15%. Pengahasil terbesar bungkil kelapa di dunia adalah Indonesia dan di Indonesia yang menjadi sentra penghasil bungkil kelapa terbesar adalah di daerah Lampung. Permasalahan utama pada bahan pakan ini adalah kekurangan asam amino lysine dan histidin sehingga pemakaiannya untuk ternak monogastrik perlu diperhatikan keseimbangan asam aminonya. Dengan protei kasar yang umunya 20% belum bisa dimanfaatkan secara optimum. Solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan fermantasi menggungkan Aspergilus niger untuk meningkatkan kecernaannya. Penambahan urea atau ZA untuk meningkatkan kandungan protein.

Bungkil Inti Sawit

Ada dua tahap pengolahan kelapa sawit. Tahap pertama pengolahan sawit dari buah sawit yang menghasilkan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil), inti kelapa sawit, serat kelapa sawit dan lampung kelapa sawit. Tahap kedua adalah pengolahan inti sawit yang akan menghasilkan minyak inti sawit dan bungkil kelapa sawit. Bungkil inti sawit bisa diberikan sebanyak 20% pada unggas dan babi dan 30-40% pada ruminansia.

Bahan pakan Sumber Vitamin dan Mineral

Berikut ini adalah hasil organoleptik beberapa bahan pakan yang menjadi sumber vitamin dan mineral :
Bahan pakanWarnaTeksturBauRasaSumber
PremixCoklat mudaAgar HalusPellet ikanPahitVitamin
Lime stoneKremSangat halusKapurHambarMineral
DCPPutihHalusSusuHambarMineral
GaramPutihKristalAir lautAsinMineral

Premix

Premix sangat berguna untuk kesehatan ertumbuhan dan produksi ternak yang optimal. Premix dilihat dari campuran berbagi macam mineral, makro ingredient ( bahan penyerta yang disatukan dalam suatu bahan pembawa yang diencerkan ). Premix terbagi menjadi tiga :

1). Premix V-M adalah feed supplement yang mengandung vitamin dan mineral

2). Premix V-A adalah feed supplement yang mengandung vitamin dan antibiotic

3). Premik V-A-M adalah feed supplement yang mengandung vitamin, mineral dan antibiotic.

Contoh premix adalah
top mix mengandung 12 macam vitamin ( A,D,E,K, Bkomplek ), metionin, dan lysine ( Mn, Fe, Zn, Co, dan Cu ) dan anti oksidan BHT.
Diamix mengandung vitamin A,D,E,K,B komplek, metionin,( Fe,Mg, Mo, Ca, Zn, Co,Cu ), antioksidan.
Mineral B12 mengandung CaCO3, FeSO4, Mn, SO4, KI, CuSO4 serta B12 ( sianokobalanin ).

Komposisi zat-zat makanan pada premix A adalah sebagai berikut :

– vitamin A : 10.000.000 IU – vitamin B12 : 4.000 mg

– vitamin D : 1.000.000 IU – DL-Metionin : 227.000 mg

– vitamin E : 7.000 mg – antioxidant : 125.000 mg

– vitamin K3 : 1.000 mg – Mg : 50.000 mg

– vitamin B1 : 1.000 mg – Fe : 10.000 mg

– vitamin B2 : 6.000 mg – Cu : 2.000 mg

– vitamin B6 : 500 mg – Mn : 15.000 mg

– Niacin : 10.000 mg – Zn : 10.000 mg

– Panthothenic acid : 500 mg – I : 100 mg

– Choline cloriene : 10.000 mg

Penggunaan premix dalam ransum hanya sebesar 0,4%. Perusahaan yang memproduksi premix dintaranya P.T. Priter Indonesia, Jakarta, Under Authority – Pritzer Inc, New York, USA. Harga perkilo dari premix adalah Rp. 16.000. permasalahan yang dihadapi bahan pakan ini diantaranya adalah masih importnya produk ini sertq harganya masil relative mahal. Solusi yang ditawarkan adalah pengoptimalan sumber vitamin dan mineral alami serta pengefisienan pemakaian.

DCP

Komponen kimia dari DCP diantaranya :

– posfat : 18%

– kalsium : 24%

– Pb : 0,003%

– As : 0,003%

– F : 0,15%

Harga dari DCP sebesar 1,200$/ ton. DCP dalam ransum hanya digunakan sebanyak 5 %. Sentra penghasil utama adalah China dan Thainland. Permasalahan utama untuk bahan pakan ini adalah Indonesia masih import DCP. Solusinya antar lain Indonesia harus bisa memproduksi DCP sendiri atau mengganti dengan bahan pakan yang kandungannya sama.

Kapur ( CaCO3 )

Kapur merupakan sumber kalsium bagi ternak. Penghasil kapur terbesar adalah Indonesia dengan Padalarang, Bandung sebagai tempat sentra produksi yang cukup besar. Harga kapur adalah Rp. 190/kg. kapur terbagi dalam dua ukuran yaitu ukuran 60 mesh dan 30 mesh. Dalam bentuk granular 1mm, 2-3mm, 3-5mm. Kapur mengandung 36-40% kalsium. Penggunaan dalam ransum 0,43% pada sapi dara. Permasalahan pada kapur antara lain penggunaan yang berlebihan pada dosis tinggi tanpa diikuti phosphor menyebabkan presipitasi garam kalsium pada berbagai jaringan terutama ginjal. Solusinya adalah dengan penambahan Phospor.

Garam ( NaCl )

Komposisi kimia dsaari garam adalah Na sebesar 39,34% dan Cl sebesar 60,66%. Harga perkilo dari garam adalah Rp. 300. Garam digunakan dalam ransum sebanyak 0,25-0,5%). Sentra penghasil garam terbesar di Indonesia yang terletak di daerah Madura sedangkan untuk penghasil garam terbesar di Dunia adalah China. Permasalahan produksi konsumsi nasional garam mencapai 1,7 juta ton/ tahun. Sedangkan saat ini produksi nasional hanya mencapai 1,2 ton/ tahun. Untuk mengatasi defisiensi mineral dimana mineral ini dalam ternak tidak disimpan dalam tubuh karena sebagian besar terdapat di dalam cairan tubuh. Sehingga dengan komposisi yang mengandung mineral esensial Na dan Cl membuat kita harus memberikan garam pada ternak.
Share:

Thursday, March 15, 2018

Pedet-Pedet Super Sejak Dilahirkan Induknya Berasal Dari Sapi Jenis Ini!

Sapi Pemilik Double Muscle Ini Memang Sudah Super dan Berotot Sejak Lahir

Seleksi yang terus menerus, kontinyu, serius dan didukung waktu serta biaya yang besar menghasilkan satu jenis sapi super yang lain dari yang lain.

Kemampuan pertumbuhan sapi ini sangat pesat, persentase karkas hasil potongannya juga sangat tinggi dan yang terpenting daging yang dihasilkan lean atau tanpa lemak, jenis daging yang sangat disukai masyarakat di negara kita.

Jenis sapi ini memang tidak muncul tiba-tiba tetapi melalui riset yang berkelanjutan, dengan persilangan dan pemilihan keturunan yang sangat selektif untuk disilangkan lagi sehingga menghasilkan jenis final sapi yang memiliki otot ganda. Inilah yang saat ini dikenal sebagai Belgian Blue.

Sempat muncul isu jika sapi ini hasil rekayasa genetik dengan babi tetapi isu miring tersebut dengan mudah dipatahkan oleh para ahli peternakan terutama ahli-ahli genetika. Dan adalah satu hal yang mustahil dimana spesies yang memiliki DNA berbeda bisa disilangkan, sedangkan kambing dengan domba yang dalam masyarakat jawa saja sama-sama disebut "wedus" dan memiliki banyak kemiripan tidak bisa dikawin silangkan.

Saat ini sapi Belgian Blue sudah mulai dikembangkan oleh pemerintah dan diharapkan bisa lahir 1.000 ekor pedet belgian blue pada tahun ini. Dan jika dilihat dari hasil kelahiran pedet ini di Indonesia memang tampak jika fisik pedet sudah berotot sejak dilahirkan atau beberapa minggu setelah lahir mulai terlihat jelas pertumbuhan double musclenya.






Target Lahir 1.000 Ekor Pedet Belgian Blue Tahun 2018

Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan 1000 ekor kelahiran pedet Bèlgian Blue tahun 2017/2018.

Hal itu disampaikan Menteŕi Pertànian, Anďi Amran Sulaiman, saat mengunjungi Balai Embrio Ternak Cipelang, Jumat (16/6/2016).

“Dalam waktu dekat segera disiapkan untuk pelelangan kegiatan ini,”tegas Mentan.

Mentan juga meminta segera dilakukan revisi aanggaran sebesar Rp. 20 miliar untuk menyukseskan kelahiran 1000 ekor sapi Belgian Blue tahun 2017/2018.
Pengembangan sapi Belgian Blue di BET Cipelang ini merupakan wujud pengembangan teknologi dalam rangka introduksi jenis sapi baru di Indonesia. Keberadaan Belgian Blue digunakan untuk disilangkan dengan sapi lokal untuk meningkatkan perototan sapi lokal.

“Saya bangga dan bahagia hari ini melihat keberadaan Bèlgian Blue”, ujar Mentan kepada media.

Pengembangan dilakukan dengan menggunakan semen beku Belgian blue dengan mengimplementasikan TE (Transfer Embryo) dan sudah dilakukan sejak tahun 2016.

“Dalam sejarahnya, sapi Belgian Blue (selanjutnya disebut sapi BB) merupakan perkawinan antara sapi Shorthorn atau Durham dengan sapi lokal Belgia. Sapi hasil persilangan ini memliki warna kulit “kebiruan” sehingga disebut dengan Belgian Blue,” katanya.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari terjadinya mutasi ini adalah, perototan yang luar biasa sehingga jumlah karkas juga meningkat dan kandungan lemak pada daging yang rendah.

Tingginya minat peternak terhadap sapi BB ini menginspirasi asosiasi Belgian blue di Belgia untuk menyebarkan Belgian Blue ke seluruh dunia baik dalam bentuk semen beku maupun embrio.

Semen beku Belgian blue biasanya digunakan untuk kawin silang dengan sapi perah (hampir 65%).
Terdapat 3 pola warna pada sapi BB ini, diantaranya adalah hitam (pie-black/pie-noire), semua putih dan roan (pie-blue).

Dalam perkembangan terakhir, sapi BB digunakan sebagai sapi dual purpose (sapi dwi guna/penghasil daging dan susu) dan sapi pedaging. Sebagai sapi dwiguna, prinsip seleksi yang digunakan berdasarkan potensi produksi susu dan calving easy (kemudahan melahirkan), produksi susu mencapai 4.200 s.d 4.800 Liter, namun juga terdapat sapi dengan tipe perah dengan produksi susu 5.400 s.d 6.000 Liter.

Dengan sifat aslinya sebagai sapi dwi guna, sapi BB merupakan sapi yang secara spesifik merupakan sapi pedaging dengan sifat dan keuntungan yang dapat diperoleh di antaranya adalah perototan yang luar biasa, efisiensi pakan, kualitas daging yang bagus (tenderness), early maturity, docility (jinak), rendah lemak, rendah tulang dan persentase karkas yang 20% lebih banyak dibandingkan sapi pada umumnya.

Pengembangan sapi Belgian Blue di BET Cipelang ini merupakan wujud pengembangan teknologi dalam rangka introduksi jenis sapi baru di Indonesia. Keberadaan Belgian Blue digunakan untuk disilangkan dengan sapi lokal untuk meningkatkan perototan sapi lokal.

Pengembangan dilakukan dengan menggunakan semen beku Belgian blue dengan mengimplementasikan TE (Transfer Embrio) dan sudah dilakukan sejak tahun 2016.

“Dalam sejarahnya, sapi Belgian Blue (selanjutnya disebut sapi BB) merupakan perkawinan antara sapi Shorthorn atau Durham dengan sapi lokal Belgia. Sapi hasil persilangan ini memliki warna kulit “kebiruan” sehingga disebut dengan Belgian Blue.Dengan dikembangkannya sapi BB ini, kita semakin optimis upaya pemerintah meningkatkan produksi daging sapi di Indonesia, akan berhasil ,”pungkas Mentan. (Biro Humas dan IP Kementan).
Share:

Wednesday, March 14, 2018

Kandungan Gizi Pada Gaplek dan Kedelai Untuk Bahan Pakan Ternak

Bahan Pakan Alternatif Untuk Ternak, Gaplek
Pemanfaatan Gaplek sebagai bahan pakan ternak sapi potong sudah lama dilakukan. Tetapi untuk pakan unggas masih jarang karena pakan unggas lebih banyak mengandalkan bahan pakan dari jagung. Sebenarnya jika gaplek dikombinasikan dengan kedelai maka dari segi kandungan nutrisi sudah cukup untuk pakan unggas dan dari segi harga juga  bisa lebih murah. Tetapi kelemahan singkong ini karena mengandung senyawa anti nutrisi sehingga perlu dinetralisir terlebih dahulu. 
Banyak bahan pakan ternak yang jika berdiri sendiri atau diberikan secara individu kurang baik bagi ternak bahkan kadang beracun tetapi jika dikombinasikan dengan bahan lain maka efek negatif seperti efek racunnya bisa diminimalisir, salah satu contoh kombinasi bahan pakan untuk mengurangi pengaruh negatif pada ternak adalah penggabungan antara gaplek dan kedele untuk pakan ternak.

Netralisasi Sianogenik 
Akar dan daun cassava mengandung senyawa anti nutrisi yaitu glukosida linamarin dan lotaustralin. Jika senyawa tersebut terhidrolisa oleh aktivitas enzim linamarase akan membebaskan asam sianogenik yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak apabila terdapat dalam jumlah di atas batas aman. Dalam reaksinya, linamarin plus air dengan bantuan enzim linamarase menghasilkan asam sianogenik plus aseton plus glukosa. Tinggi rendahnya kadar total glukosida sianogenik dalam akar atau daun cassava akan membedakan antara varietas pahit (lebih tinggi toksisitasnya) dan varietas manis. Metoda ekonomis yang sejauh ini paling efektif menghilangkan seluruh atau sebagian asam sianogenik adalah dengan pemberian panas. Perlakuan suhu antara 40 dan 800C efektif untuk menghilangkan asam sianogenik. Dehidrasi alami dengan pemanasan di bawah sinar matahari juga merupakan cara yang aman untuk menghilangkan asam sianogenik tanpa akan mengaktifkan enzim linamarase. 
Sebaiknya penggunaan cassava dalam pakan layer tidak lebih dari 20 %. Lebih tinggi dari itu akan berisiko menurunkan konsumsi pakan.
Gaplek sebenarnya merupakan salah satu upaya pengawetan produk singkong untuk tujuan (biasanya) non konsumsi. Cara pembuatannya sangat sederhana yaitu umbi akar dikelupas kulitnya, dipotong–potong, selanjutnya dijemur selama 2 – 3 hari tergantung intensitas sinar matahari. Bisa juga menggunakan alat pengering. Penjemuran dihentikan setelah kadar air turun menjadi 12-14%. Disebut kering apabila dipatahkan mengeluarkan bunyi yang khas. Racun sianogen sebagian besar terdapat pada kulit akar. Tindakan pengelupasan kulit, perendaman dan penjemuran, signifikan menurunkan kandungan sianogen. Standar spesifikasi minimum dari gaplek adalah kadar kanji minimum 65 %, serat kasar maksimum 5 %, pasir minimum 3 %, kadar air maksimum 14 %. Cara pengawetan lain, membuatnya dalam bentuk pellet. Cassava kering digiling menggunakan hammer mill lalu dimasukkan dalam mesin pelletmill dimana sebelumnya dilewatkan ke dalam conditioner yang memberikan uap air panas (steam). Dengan bentuk pellet, kualitas bahan dan ukurannya menjadi lebih seragam, mengurangi tepung yang timbul selama penanganan, mengambil tempat 25 – 30 % lebih efisien dibandingkan jika masih dalam bentuk potongan besar, memudahkan dan mengefisienkan proses pengangkutan.  

Kombinasi Cassava : Kedele 
Karena cassava rendah protein, dalam penggunaannya sebagai bahan baku pakan unggas dikombinasikan dengan bahan kaya protein lain (bungkil kedele).

Kombinasi 82 % cassava dan 18 % kedele mempunyai kandungan nutrisi setara dengan jagung. Tepung cassava dapat mensubstitusi 45 - 50 % jagung untuk pakan broiler starter tanpa menimbulkan efek yang merugikan terhadap laju pertumbuhan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Percobaan lain menambahkan tepung cassava yang berupa campuran antara bagian akar umbi dan daun serta tangkai lunak untuk menggantikan 25 % dan 50 % jagung yang dipakai (dari level jagung 50 %). Pakan percobaan mengandung 12,5 % dan 25 % tepung cassava. Campuran tepung cassava terdiri bagian akar dan campuran daun / tangkai 2,5 : 1; sedangkan perbandingan daun terhadap tangkai 5 : 1. Hasil percobaan memperlihatkan meskipun cassava digunakan pada level tinggi tidak terlihat adanya gangguan kesehatan, meski laju pertumbuhan dan efisiensi pakan terganggu (13 % dan 19 % laju pertumbuhan dibandingkan pakan kontrol serta 14 % dan 26 % konversi pakan). Penggunaan tepung cassava dianggap masih bernilai ekonomis terlebih saat harga jagung tinggi.  

Efek Pigmentasi 
Mengingat pakan broiler kebanyakan diberikan dalam bentuk pellet atau crumble maka cassava bisa digunakan dalam jumlah yang lebih tinggi. Pada percobaan terhadap ayam broiler, bagian akar cassava dapat diberikan sampai level 45 – 50 % sementara bagian daunnya 5 – 6 %. Tabel 3 memperlihatkan contoh formulasi penggunaan cassava untuk mensubstitusi jagung dalam percobaan pada broiler starter (3.a) dan finisher (3.b). Penggunaan cassava level tinggi dan juga kedele utuh tidak memberikan pengaruh merugikan terhadap kondisi litter (kotoran) yang dihasilkan broiler. Hanya saja penggunaan cassava (bagian akar) mengganggu pigmentasi kuning pada bagian kaki, paruh, kulit dan perlemakan. Jika dilakukan ranking pigmentasi dari 1 (pigmentasi buruk) sampai 4 (pigmentasi baik), maka pakan yang mengandung campuran cassava akar dan daun memberikan kualitas pigmentasi yang sama dengan pakan kontrol (jagung) bernilai 4. Apabila pakan disajikan dalam bentuk tepung, sebaiknya penggunaan cassava tepung tidak lebih dari 20 % (starter) dan 25 % (finisher).  

Energi Metabolik dan Konsumsi Pakan 
Berbeda dengan pakan broiler yang mensyaratkan energi tinggi, pakan layer membutuhkan tingkat energi metabolik yang lebih rendah (2800 kcal/kg). Sebaiknya penggunaan cassava dalam pakan layer tidak lebih dari 20 %. Lebih tinggi dari itu akan berisiko menurunkan konsumsi pakan. Pada percobaan menggunakan cassava tepung untuk mensubstitusi jagung 10 – 20 %, diberikan pada beberapa fase umur ayam petelur memperlihatkan perbedaan tingkat produksi telur, meski tidak signifikan. Ada kecenderungan konsumsi pakan sedikit menurun (1 gr/ek/hari).

Share:

Cara Mengetahui Sapi Bunting Atau Tidak, Test Asam Sulfat

Bagaimana cara mengetahui sapi sudah bunting atau belum, apakah program IB sudah berhasil?
Seorang breeder atau peternak sapi yang mengembangbiakkan sapi indukan untuk diambil pedetnya tentu menginginkan sapi indukan yang di IB atau dikawinkan bisa diketahui dengan cepat kebuntingannya. Karena dengan semakin cepat kebuntingan sapi diketahui akan semakin memperpendek calving interval sebab jika dari awal sapi diketahui tidak bunting setelah di IB tanpa harus menunggu 3 -4 bulan bisa langsung di lakukan IB ulang (repeat IB).
Tanda-tanda sapi bunting, sapi hamil, cara cek kebuntingan, sapi birahi, lama kebuntingan, umur induk bunting, umur sapih pedet, kolostrum, deteksi kebuntingan induk sapi
Deteksi kebuntingan sapi pakai metode apa yang paling cepat bisa dilakukan? Jika menggunakan palpasi rectal paling cepat 2 - 3 bulan setelah IB / dikawinkan maka sapi baru bisa dicek kebuntingannya. Jika palpasi rectal dilakukan kurang dari dua bulan setelah ternak sapi di IB akan sulit mendeteksi kebuntingannya. Lantas adakah metode lain yang mudah diterapkan, murah biayanya dan tanpa perlu keahlian khusus seperti palpasi rectal? Berikut salah satu solusi jawabannya:
Prinsip kerja deteksi kebuntingan menggunakan asam sulfat adalah akan membakar zat organik dalam hal ini hormone yang terdapat pada urine sapi bunting. Partodihardjo (1992), menyatakan larutan 2 ml urine ditambah 10 ml aquadest kemudian dibakar dengan 15 ml asam sulfat pekat akan menimbulkan gas fluorescence di permukaan cairan. Gas tersebut timbul karena adanya hormon esterogen di dalam urine.



Sebenarnya ada satu metode lagi yang bisa dilakukan dengan waktu lebih cepat yaitu antara hari ke 24 - 32 setelah dikawinkan/IB. Metode dimaksud dengan menggunakan asam sulfat alias secara kimiawi, meskipun sepertinya cara ini untuk saat ini kurang populer jika dibandingkan dengan palpasi rectal.


Metode deteksi kebuntingan secara kimiawi dengan memanfaatkan asam sulfat (H2SO4)

Dilansir dari situs ripk78.blogspot.com, menurut Partodihardjo (1992), asam sulfat dapat digunakan untuk deteksi kebuntingan pada ternak. Ditambah Satriyo (2001), metode deteksi ini telah diterapkan untuk mendeteksi kebuntingan ternak sapi, di dalam urine sapi yang sedang bunting mengandung hormon estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.

Penggunaan asam sulfat untuk deteksi kebuntingan menjadi alternative yang murah dan mudah dilakukan, tanpa harus memiliki keterampilan khusus. Semua orang sepertinya bisa melakukan test kebuntingan sapi dengan metode ini, hanya perlu hati-hati saat menggunakan asam sulfat pekat karena sifatnya yang keras dan bisa "membakar" kulit anda.


Prinsip kerja deteksi kebuntingan menggunakan asam sulfat adalah akan membakar zat organik dalam hal ini hormone yang terdapat pada urine sapi bunting. Partodihardjo (1992), menyatakan larutan 2 ml urine ditambah 10 ml aquadest kemudian dibakar dengan 15 ml asam sulfat pekat akan menimbulkan gas fluorescence di permukaan cairan. Gas tersebut timbul karena adanya hormon esterogen di dalam urine.

Hormon esterogen diproduksi jika seekor ternak telah mengalami perkawinan dan berada pada proses kebuntingan. Ditambah oleh Illawati (2009), penggunaan volume asam sulfat pekat 0.5 ml yang lebih efektif untuk deteksi kebuntingan. Penggunaan asam sulfat pekat 0.5 ml menghasilkan warna yang berubah dari kuning muda menjadi keunguan ini menunjukan kebuntingan yang jelas.

Cara menggunakan asam sulfat (H2SO4) sebagai berikut :
  • Siapkan alat dan bahan yaitu : gelas minum kaca bening (tanpa gambar), kertas putih sebagai alas gelas dan batang pengaduk. Bahan yang digunakan; urine sapi/kambing/domba yang baru (1 – 2 cc), air aquadest steril/air mineral (10 cc) dan asam sulfat (H2SO4)/ dapat pula menggunakan air accu (accu zur) (1cc).
  • Taruh gelas kaca bening diatas sehelai kertas putih.
  • Tampunglah urine segar saat kencing langsung dalam wadah yang bersih. Merangsang kencing ternak sapi : siram punggung ternak dengan air dan tunggu beberapa saat. Merangsang kencing kambing/domba : bekep mulut ternak sampai meronta dan tunggu beberapa saat.
  • Ambil 2 cc urine tersebut dan masukkan dalm gelas kaca bening.
  • Tambahkan sebanyak 10 cc air aquadest steril/air mineral, kemudian aduk merata.
  • Tambahkan cairan air aki / Asam Sulfat/H2SO4 sebanyak 1 cc.
  • Aduk sampai rata dan kemudian tunggu 5- 10 menit.
Yang perlu diamati adalah apakah urine tersebut berubah warna atau tidak, jika urine berubah warna dari kuning menjadi keungunan berarti ternak tersebut bunting, sebaliknya bila tidak terjadi perubahan warna maka ternak tersebut tidak bunting. Semakin pekat larutan H2SO4 yang digunakan maka perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat.

Deteksi kebuntingan ini dapat dilakukan pada hari ke-24 sampai 32 setelah perkawinan. Sedangkan deteksi kebuntingan yang umum dilakukan sekarang adalah dengan palpasi per rectal yang dapat dilakukan 2-3 bulan setelah perkawinan/inseminasi dan semakin tepat dengan bertambahnya umur kebuntingan. Jadi kalau anda sudah tidak sabar ingin tahu sapi anda bunting atau tidak sementara baru di IB atau dikawinkan sebulan lalu, cobalah cara deteksi dengan menggunakan asam sulfat ini. Selamat mencoba.

Pertanyaan yang menggelitik penulis saat ini adalah adakah yang pernah mencoba test kebuntingan sapi menggunakan "Pregnant Test" untuk manusia yang banyak dijual bebas di apotik dan supermarket? Silahkan para expert, atau yang sudah pernah mencoba berbagi pengalamannya di kolom komentar dibawah artikel ini mudah-mudahan bisa bermanfaat buat pembaca yang lain.

Jika Ingin tahu umur kebuntingan sapi silakan Baca Juga: Ingin Tahu Sapi Bunting atau Tidak? Lakukan Palpasi Rectal...

Pustaka

Illawati, R.W., dkk., 2012. Efektifitas Dan Akurasi Penggunaan Erbagai Dosis Asam Sulfat (H2SO4) Pekat Dibandingkan Palpasi Per Rektal Terhadap Uji Kebuntingan Ternak Sapi. Program Pascasarjana Ilmu Ternak Universitas Andalas

Partodihardjo. S, 1992. Imu Reproduksi Hewan, Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Satriyo, U. 2001. Deteksi Kebuntingan dengan Air Aki. Majalah Infovent. Edisi 086 September. Jakarta.


Illawati, R. W. 2009. Efektifitas Penggunaan Berbagai Volume Asam Sulfat pekat (H2SO4) untuk Menguji Kandungan Estrogen dalam Urine Sapi Brahman Cross Bunting. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian. Sijunjung.
Share:

Definition List

Unordered List

Support