Sunday, April 8, 2018

Jenis-Jenis Cacing Yang Bisa Dipelihara dan Dibudidayakan


Macam-macam Jenis Cacing Yang Cocok Untuk Usaha Peternakan
Cacing tanah adalah cacing berbentuk tabung dan tersegmentasi dalam filum Annelida. Mereka umumnya ditemukan hidup di tanah, memakan bahan organik hidup dan mati. Sistem pencernaan berjalan melalui panjang tubuhnya. Mengutip dari situs Wikipedia, nama ilmiah cacing tanah adalah: Lumbricina
Sepasang cacing tanah dewasa dapat berkembang biak hingga menghasilkan 1500 ekor cacing dalam satu tahun. Populasi cacing tanah mengalami peningkatan hingga 100% setiap 4-6 bulan. Cacing tanah akan membatasi perkembangbiakan mereka agar sesuai dengan makanan yang tersedia dan ukuran tempat hidup mereka.


Cacing tanah kawin

Cacing tanah adalah hewan hermafrodit (organ kelamin jantan & betina di dalam satu individu). Meskipun hermafrodit, cacing tanah tidak bisa melakukan reproduksi sendirian karena tidak bisa menyatukan organ kelamin jantan dan organ kelamin betina mereka sendiri. Cacing tanah akan aktif untuk bereproduksi pada keadaan hangat dan lembab. 


Kepompong cacing tanah

Cacing tanah dewasa dapat kawin kira-kira sekali setiap 10 hari, dan dari perkawinan itu, dapat menghasilkan satu atau dua kepompong. Satu kepompong dapat menampung hingga 10 telur, namun biasanya hanya 4 cacing muda yang akan menetas.

Telur cacing tanah dapat menetas setelah 3 minggu jika cuaca hangat, namun bisa mencapai 3 bulan jika cuaca dingin. Saat anak cacing tanah siap keluar, kepompong berubah warna menjadi kemerahan dan berukuran sebesar biji anggur. Anak cacing tanah yang baru menetas berukuran sekitar 1.2 cm, tanpa organ reproduksi, berwarna keputihan dengan semburat merah muda yang menunjukkan pembuluh darah mereka.

Cacing tanah akan mulai matang secara seksual saat clitellum terbentuk dengan sempurna (usia 10-55 minggu, tergantung spesies). Pertumbuhan berat tubuh cacing tanah akan melambat setelah melewati tahap ini.

Sebagian cacing tanah akan mati pada tahun yang sama saat mereka dilahirkan. Sementara yang lain dapat hidup hingga usia 5 tahun atau lebih. Cacing tua ditandai dengan bagian ekor agak pipih dan warna kuning pada ekor sudah mencapai punggung. Bila cacing tanah masih produktif, warna kuning masih ada di ujung ekor.

Berikut Beberapa Jenis Cacing Tanah Yang Bisa Diternak / Dibudidayakan

Jenis Cacing Tanah Eisenia fetida
Ukuran tubuh cacing ini berkisar antara 7-8 cm dan berwarna coklat kemerahan dengan segmen berwarna cerah sehingga biasa disebut cacing Tiger atau cacing merah. Tubuhnya berbentuk silindris dan gerakannya lamban. Cacing ini biasanya ditemukan pada tumpukan bahan organik, sampah rumah tangga, atau di bawah batang pisang yang membusuk. Cacing ini juga termasuk dalam cacing budidaya dari Eropa yang cukup terkenal karena ketahanannya hidup di temperatur 18 - 27°C.

Jenis Cacing Tanah Lumbricus rubellus
Lumbricus rubellus atau cacing ekor kuning merupakan jenis cacing asal Eropa yang paling banyak dibudidayakan dan biasa digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, pakan hewan, serta konsumsi bagi manusia. Cacing yang biasa hidup di atas permukaan tanah ini memiliki ukuran tubuh yang kecil dengan panjang 8 - 14 cm. Warna tubuh pada bagian punggung berwarna cokelat cerah hingga ungu kemerahan, perut berwarna krem, serta ekor kekuningan. Bentuk tubuh membulat dengan panjang agak memipih. Gerakannya lamban dan memiliki kadar air dalam tubuh sekitar 70-78%.

Jenis Cacing Eudrilus eugeniae
Cacing yang disebut African Nightcrawler ini biasa dibudidayakan untuk diambil kascingnya. Cacing yang berwarna merah keunguan ini hanya dapat hidup di temperatur 24-30°C namun mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi. Cacing African Nightcrawler mempunyai ukuran tubuh lebih besar dari cacing ekor kuning dan bisa mencapai panjang 20 cm.

Jenis Cacing Tanah Perionyx exavatus
Cacing ini merupakan cacing lokal yang bentuknya seperti kalung sehingga biasa disebut cacing kalung. Ukuran tubuhnya relatif lebih besar dibandingka dengan jenis cacing tanah lainnya. Bentuk tubuhnya membulat, berwarna coklat keunguan, dan sedikit kelabu. Cacing ini biasa hidup di sekitar kotoran ternak dan di bawah batang pisang yang membusuk.

Jenis Cacing Tanah Pheretima sp.
Cacing lokal yang memiliki warna tubuh kuning kecoklatan, gerakannya lamban, dan melingkar jika tubuhnya disentuh ini biasa disebut cacing koot. Ukuran tubuh cacing ini sedikit lebih pendek dari cacing kalung. Cacing ini biasanya digunakan sebagai umpan pancing.

Jenis Metaphire Longa
Cacing ini memiliki warna tubuh berwarna hitam dan memiliki segmen nyata seperti sisik. Ukuran tubuhnya lebih besar jika dibandingkan dengan jenis cacing lokal lainnya dan bisa mencapai panjang 1,5 meter. Cacing yang biasa disebut cacing sondari ini seringkali terlihat menaiki batang pohon pada malam hari dan mengeluarkan suara lengkingan.

Jenis Cacing Tubifex sp.
Cacing sutera memiliki tubuh yang kecil, lunak, dan lembut seperti sutra. Cacing ini berukuran sekitar 1-2cm dan senang hidup berkelompok. Cacing sutera dapat ditemukan pada saluran air atau kubangan air berlumpur yang bergerak perlahan. Cacing sutera biasa digunakan untuk pakan ikan hias atau bibit ikan karena kandungan proteinnya yang tinggi.

Sekilas Tentang Cacing Tanah

Budidaya cacing tanah adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk membuat lingkungan menjadi lebih baik. Manfaat cacing tanah :
  • Cacing tanah dapat membantu mengolah sampah dapur menjadi kompos yang baik untuk tumbuhan. Cacing tanah mampu mengubah bahan organik yang dimakan menjadi kotoran (castings) dan urine (worm tea). Kandungan urea dalam urine cacing adalah pupuk alami yang baik. Terlebih kotoran cacing mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, potasium, dan kalsium yang penting untuk pertumbuhan tanaman.
  • Tubuh cacing tanah yang terdiri atas 70% protein adalah sumber makanan bergizi tinggi bagi hewan ternak dan peliharaan seperti ayam, bebek, ikan, sidat, dan burung.
  • Kegiatan menggali yang dilakukan cacing tanah mampu menciptakan sistem drainase alami, meningkatkan jumlah udara dan air dalam tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur dan baik untuk ditanami semua jenis tanaman.
Ada sekitar 4500 spesies cacing di dunia, sekitar 2700 di antaranya adalah spesies cacing tanah. Ada dua tipe spesies cacing tanah berdasarkan perilaku hidupnya, yaitu earthmovers dan composters (pembuat kompos).

Earthmovers adalah spesies soliter (penyendiri) yang hidup di dalam tanah dengan membuat terowongan berongga di dalam tanah (rongga-rongga ini akan terisi udara dan oksigen yang baik untuk akar tanaman). Mereka hidup dari memakan bakteri, fungi, dan algae pada tanah dan memberikan nutrisi melalui kotoran mereka ke tanah pada level akar yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Sedangkan Composters adalah spesies yang hidup secara massal dalam tumpukan organik di permukaan tanah. Mereka mengkonsumsi bakteri, fungi, dan algae yang ada pada dedaunan mati dan bahan organik lainnya dan mengubahnya menjadi humus.

Spesies cacing tanah yang biasa dikomersilkan antara lain Eisenia foetida, Lumbricus rubellus, Lumbricus hortensis, Lumbricus terristris, Eudrilus engeniae, Eisenia andrei, dan Perionyx excavatus. Cacing harimau (Eisenia foetida) dan cacing merah (Rubellus lumbricus) merupakan cacing tanah jenis Composters.


Cacing harimau (Eisenia foetida)

Cacing harimau memiliki garis-garis merah dan kuning pada tubuhnya dan lebih sering menggeliat (meronta) keras ketika berada di tangan manusia.


Cacing merah (Lumbricus rubellus)

Cacing merah lebih memilih tinggal di atas permukaan tanah, di bawah kayu lapuk, dedaunan kering dan sampah organik lainnya.

Tubuh cacing tanah sebagian besar terdiri dari air dan tersusun atas segmen-segmen (sekitar 95 segmen) yang dapat menyusut dan meregang untuk membantu cacing bergerak di dalam tanah. Cacing tanah tidak memiliki tulang, gigi, mata, telinga atau kaki. Cacing tanah memiliki lima jantung.

Cacing tanah memiliki organ perasa yang sensitif terhadap cahaya dan sentuhan (reseptor sel) untuk membedakan perbedaan intensitas cahaya dan merasakan getaran di dalam tanah. Selain itu, mereka juga memiliki kemoreseptor khusus yang bereaksi terhadap rangsangan kimia. Organ-organ perasa pada cacing tanah terletak di bagian anterior (depan/muka).

Anatomi cacing tanah

Kepala cacing tanah terletak pada bagian yang paling dekat dengan clitellum. Mereka biasanya bergerak searah bagian kepala menghadap saat berpindah tempat.

Clitellum adalah segmen pada cacing tanah (mirip korset) tempat kelenjar sel. Fungsinya untuk membentuk kokon (kepompong) dari sekresi lendir dimana sel-sel telur akan diletakkan nantinya di dalam kokon ini. Selama periode kekeringan, beberapa spesies cacing tanah akan kehilangan ciri-ciri seksual sekunder untuk sementara, seperti hilangnya clitellum. Saat keadaan membaik, clitellum akan terbentuk kembali. Clitellum juga bisa menghilang pada usia tua.

Cacing tanah bernapas dengan kulit mereka yang tipis. Kulit cacing harus tetap lembab sepanjang waktu untuk memungkinkan untuk menghirup oksigen yang sangat dibutuhkan. Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat oleh hemoglobin dalam darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kulit mereka mengering, cacing tanah akan mati lemas. Kulit cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya matahari langsung ataupun suhu panas yang dapat membuat kulit mereka kering.

Cacing tanah adalah hewan berdarah dingin (poikiloterm), mereka tidak mampu menghasilkan panas tubuh. Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

Dalam kondisi tepat, cacing tanah dapat makan sebanyak berat tubuh mereka per harinya. Sebagai contoh, 1 kg cacing tanah dapat makan 1 kg makanan setiap hari. Namun disarankan untuk memberikan makanan setengah dari berat tubuh cacing di awal pemeliharaan untuk selanjutnya disesuaikan dengan kemampuan makan cacing. Jika makanan terlalu banyak, tempat pemeliharaan akan menjadi bau karena cacing tidak dapat memproses semua makanan sebelum makanan membusuk. Terlalu sedikit, cacing akan kelaparan.

Kotoran cacing tanah

Cacing tanah akan makan apa saja yang bersifat organik yang dapat diuraikan dan harus lembab. Cacing tanah tidak bisa makan makanan kering. Makanan dicerna dalam ampela, yang bertindak seperti gigi untuk menggiling makanan. Usus memecahnya lebih lanjut dan keluar sebagai kotoran (castings) yang sangat bermanfaat bagi tanaman.

Berikut adalah makanan kesukaan cacing tanah:
  • Kardus atau koran yang sudah disobek-sobek dan dilembabkan
  • Dedaunan mati
  • Kulit telur hancur
  • Sabut kelapa
  • Potongan sayur
  • Sisa kupasan kulit kentang, apel, pisang dan kulit sayuran/buah lain
Sebelum diberikan ke cacing tanah, makanan dapat dipotong, diparut, atau diblender. Semakin kecil potongan makanan, akan semakin mudah dicerna oleh cacing. Pemberian makan sebaiknya paling sedikit tiga hari sekali.

Benda yang dilarang berada dalam media pemeliharaan cacing:
  • Benda yang tidak dapat diuraikan seperti plastik, kaca, karet, tulang dan juga bahan kimia seperti sabun dan obat-obatan.
  • Cacing tidak menyukai makanan asam seperti jeruk, lemon dan tomat.
  • Makanan berbau tajam seperti bawang merah, bawang putih, dan kulit jeruk membuat cacing tidak nyaman dan secara naluriah akan menjauhi sumber bau.
  • Makanan seperti sisa daging, makanan berminyak dan produk susu juga tidak sebaiknya diberikan ke cacing karena akan cepat bau dan dapat mengundang hewan lain seperti semut, tikus dan lalat yang dapat mengganggu perkembangan cacing.
  • Makanan lain yang membahayakan cacing antara lain cabai, garam, gula, dan kotoran hewan segar yang belum terfermentasi (mengandung bakteri berbahaya seperti staphylococcus dan streptococcus yang dapat membunuh cacing).
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Definition List

Unordered List

Support